Di era digital, keamanan siber telah menjadi prioritas utama bagi perusahaan dan individu. Namun, bahkan sistem keamanan yang canggih pun pernah ditembus oleh para hacker, menyebabkan kebocoran data dan kerugian yang sangat besar. Beberapa kasus peretasan telah mengguncang dunia, membuka mata kita akan betapa rentannya data digital terhadap ancaman siber. Berikut adalah tujuh kasus peretasan terbesar sepanjang sejarah yang patut menjadi pelajaran penting dalam dunia keamanan digital.
1. Yahoo (2013-2014)
Kasus peretasan Yahoo dianggap sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah. Pada 2013 dan 2014, Yahoo menjadi korban serangan yang mengakibatkan kebocoran data lebih dari 3 miliar akun pengguna. Data yang bocor termasuk nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, dan password yang telah dienkripsi. Insiden ini baru diungkap ke publik pada 2016, yang mengakibatkan kerugian besar dan menurunkan nilai perusahaan.
2. Equifax (2017)
Pada 2017, biro pelaporan kredit terbesar di AS, Equifax, mengalami peretasan yang menyebabkan kebocoran data pribadi sekitar 147 juta orang. Data yang bocor mencakup nomor jaminan sosial, tanggal lahir, alamat, dan informasi lisensi mengemudi. Kasus ini mengguncang dunia karena menyangkut informasi sensitif yang dapat digunakan untuk pencurian identitas dan penipuan keuangan.
3. Target (2013)
Pada tahun 2013, perusahaan retail raksasa, Target, menjadi korban peretasan besar-besaran. Hacker berhasil menyusup ke sistem pembayaran Target dan mencuri informasi kartu kredit serta data pribadi dari sekitar 40 juta pelanggan. Kasus ini terjadi karena adanya kelemahan pada sistem keamanan, yang kemudian memaksa perusahaan untuk meningkatkan langkah-langkah proteksi mereka.
4. Sony Pictures (2014)
Kasus peretasan Sony Pictures pada tahun 2014 menjadi perhatian dunia karena dampaknya yang luas, termasuk bocornya film-film yang belum dirilis, skrip film, dan informasi sensitif lainnya. Hacker yang mengaku sebagai "Guardians of Peace" merilis data karyawan, email internal, dan dokumen keuangan perusahaan. Serangan ini diduga terkait dengan film kontroversial yang diproduksi oleh Sony, memperlihatkan bagaimana ancaman siber dapat merambah ke industri hiburan.
5. Marriott International (2018)
Pada 2018, jaringan hotel Marriott International mengungkapkan bahwa mereka mengalami peretasan yang menyebabkan kebocoran data lebih dari 500 juta tamu. Data yang bocor termasuk nama, alamat, nomor paspor, informasi reservasi, dan bahkan informasi kartu kredit. Serangan ini berlangsung selama bertahun-tahun sebelum akhirnya terdeteksi, menunjukkan betapa sulitnya mendeteksi dan menghentikan peretasan yang telah terjadi dalam waktu lama.
6. eBay (2014)
eBay, salah satu platform e-commerce terbesar di dunia, menjadi korban peretasan pada 2014 yang mempengaruhi sekitar 145 juta pengguna. Hacker berhasil mencuri nama pengguna, password, alamat email, dan informasi pribadi lainnya. eBay kemudian meminta semua penggunanya untuk mengubah password mereka sebagai langkah pencegahan.
7. WannaCry Ransomware (2017)
WannaCry adalah salah satu serangan ransomware terbesar dan paling merusak sepanjang sejarah. Pada 2017, ransomware ini menyebar dengan cepat, menginfeksi lebih dari 200.000 komputer di seluruh dunia. Korban serangan ini termasuk perusahaan besar, rumah sakit, dan organisasi pemerintah. WannaCry mengenkripsi data pada komputer yang terinfeksi dan meminta tebusan dalam bentuk Bitcoin untuk mengembalikan akses data.
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa peretasan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk perusahaan besar yang memiliki sistem keamanan canggih. Ancaman siber tidak akan pernah hilang, dan oleh karena itu, menjaga keamanan data adalah suatu keharusan. Penting untuk selalu memperbarui sistem keamanan, menggunakan enkripsi data, dan meningkatkan kesadaran akan praktik keamanan siber.
Thrive hadir untuk membantu Anda melindungi bisnis dari ancaman siber dengan solusi keamanan digital yang komprehensif dan terpercaya. Hubungi kami sekarang untuk konsultasi dan temukan solusi keamanan terbaik bersama Thrive!